Beberapa saat kemudian, siluet seorang perempuan masuk ke dalam kamar. Begitu dekat dengan Erika. Bibirnya menyentuh kening anak perempuannya. Air mata Si Ibu selalu membasahi kening anaknya. Selalu berulang tiap malam bertahun-tahun, saat Erika terlelap. Erika tak pernah tahu, tak satu pun malam yang putus.
Ibunya merasa Erika tak memberi ruang atas perhatian dan kasih sayangnya. Sehabis dari kamar Erika, catatan terakhir di setiap malam di otak ibunya adalah malam yang sepi. Menyepi dan membayangkan berapa banyak malam dan air mata yang kelabu masih harus menyertainya dengan penuh kegelisahan dan lara. Seorang ibu yang sabar menunggu di sisi yang tak berujung.
Kehancuran ini dimulai saat Erika berusia tujuh tahun. Saat Galuh Mihardjo mengandung anak keduanya, mengalami trauma karena rasa sakit saat melahirkan Erika. Galuh Mihardjo berencana untuk cerai dengan suami pasca melahirkan, ia merasa tidak sanggup untuk mengalami lagi hamil dan melahirkan serta merawat anak-anaknya. Pernikahannya dengan Mihardjo sebenarnya lancar-lancar saja, Mihardjo laki-laki yang sangat baik, hanya saja Galuh merasa tidak sanggup untuk hamil lagi. Dia takut akan menjadi miskin dengan banyak anak, terlebih ia tidak mau bentuk tubuhnya berubah. Mihardjo masih ingin dua atau tiga lagi, anak dari rahimnya.
Galuh Mihardjo juga merasa tidak akan mampu merawat anak-anak dengan baik jika memiliki anak banyak. Erika jadi sering kena sasaran kemarahan, tak jarang pukulan saat Ibunya kelelahan mengurusi keluarga dan janin yang masih dalam kandungan. Bekas yang hingga kini tak ingin dihapus Erika!
Ibunya merasa Erika tak memberi ruang atas perhatian dan kasih sayangnya. Sehabis dari kamar Erika, catatan terakhir di setiap malam di otak ibunya adalah malam yang sepi. Menyepi dan membayangkan berapa banyak malam dan air mata yang kelabu masih harus menyertainya dengan penuh kegelisahan dan lara. Seorang ibu yang sabar menunggu di sisi yang tak berujung.
Kehancuran ini dimulai saat Erika berusia tujuh tahun. Saat Galuh Mihardjo mengandung anak keduanya, mengalami trauma karena rasa sakit saat melahirkan Erika. Galuh Mihardjo berencana untuk cerai dengan suami pasca melahirkan, ia merasa tidak sanggup untuk mengalami lagi hamil dan melahirkan serta merawat anak-anaknya. Pernikahannya dengan Mihardjo sebenarnya lancar-lancar saja, Mihardjo laki-laki yang sangat baik, hanya saja Galuh merasa tidak sanggup untuk hamil lagi. Dia takut akan menjadi miskin dengan banyak anak, terlebih ia tidak mau bentuk tubuhnya berubah. Mihardjo masih ingin dua atau tiga lagi, anak dari rahimnya.
Galuh Mihardjo juga merasa tidak akan mampu merawat anak-anak dengan baik jika memiliki anak banyak. Erika jadi sering kena sasaran kemarahan, tak jarang pukulan saat Ibunya kelelahan mengurusi keluarga dan janin yang masih dalam kandungan. Bekas yang hingga kini tak ingin dihapus Erika!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar