Kamis, 03 September 2009

kata 17

Kekacauan terjadi dalam sekejab.Ini yang kutunggu-tunggu,mencari perkara dengan orang-orang arogan yang mengatas namakan apapun untuk menghalalkan tindak tanduknya yang memuakkan.

“Brengseeekkk!!!”,jeritku lantang di depan muka senior sialan atas kesewenangannya menamparku. “Kau!!urusanmu denganku belum tuntas,Sampah!!”,lanjutku lagi dengan emosi yang memuncak setelah kedatangan lelaki berkalungkan kamera yang sedari tadi cukup menarik perhatianku, namun tidak seperti perkiraanku bahwa dia akan membelaku laksana lelaki jantan yang melindungi melalui fisiknya, dengan melakukan perkelahian semacam film action yang penuh baku hantam dan menaikkan andrenaline. Dia hanya berkata tenang namun cukup mengusik lawan bicaranya yang merasa terancam akan posisinya yang mungkin sudah tergeser dari sang penguasa menjadi si tersangka.

“Berhenti kalian!!tetap pada barisan!!ini bukan tontonan!!”,teriak panitia ospek kelompok lain.
“Sudah –sudah kita kembali lagi ke kegiatan semula, kamu, jangan macam-macam kamu,taati peraturan di sini!”, sahut panitia lain yang bergerombol seakan-akan mengepungku dengan maksud mengintimidasi aku.
“Aku punya nama,Namaku Erika, peraturan apa yang kakak maksud?!?peraturan untuk semena-mena terhadap MaBa yang kalian anggap anak kemaren sore yang bisa diperlakukan seenaknya?!?”,tukasku tanpa bermaksud memperkeruh suasana,karena sudah kutemukan jalan sebagai permulaan untuk membuat mereka mengingatku kelak, dan kurasa hari ini cukup, betapa menyenangkan memainkan peran baru dalam panggung sandiwara yang kusebut hidup ini.

“Kali ini kamu hanya akan saya catat dalam agenda laporan harian saya, saya harap ini bisa jadi contoh bagi kalian semua untuk tahu bagaimana harus bersikap terhadap senior kalian,bagaimana ubtuk menaati peraturan”, jawab panitia yang aku rasa dia ketua panitia.
Dengan teriakan sekali lagi dari panitia lalu kemudian kerumunan mulai menyebar dan keadaan mulai tenang. Kutatap lelaki itu yang berjalan berlalu tanpa sempat kuucapkan kata Terimakasih padanya. Dia membuatku tersenyum dengan caranya yang dengan biasa pergi seakan-akan tidak terjadi apa-apa, entah bagian dari kepura-puraan atau memang itu caranya “melarikan diri” dari naluri kelelakiannya, ikut campur masalah orang lain yang mungkin bisa disebut karena Iba semata.Entahlah, aku tak perduli apa yang ada dipikirannya, aku hanya tahu bahwa kisah ini tidak akan berakhir sampai disini saja, belum saatnya berakhir pada saat hendak dimulai.

Kegiatan berlalu tanpa bisa kurasa, rupanya pikiranku sedang berkelana dan berusaha membujukku untuk tetap memikirkan episode tadi. Saatnya pulang, sambil bergegas aku menuju pelataran parker namun lahkahku terhenti saat ada seorang perempuan yang tergopoh-gopoh menyamai langkahku.

“tunggu..Erika!kamu ngga apa-apa?”, sambil mengernyitkan wajah tanda kekhawatirannya.
“ Hei, mulai sekarang panggil aku Er..aku lebih suka di panggil begitu”,sahutku dengan tersenyum. Toh hari ini belum berakhir, lakon yang kuperankan pun belum saatnya pergi, ku sebut ini “Topeng perlindunganku”..Dan akan kupastikan tak satupun akan bisa menyadari betapa muaknya aku akan basa basi sosialisasi omong kosong ini.

“oh okey,kamu akan kupanggil Er, mukamu ngga apa-apa?sakit ngga?pipimu merah tuh”, sembari berkata dia hendak memegang wajahku.
“Eh jangan dipegang dong, masih sakit nih, eh siapa namamu?aku lupa hehe”, kelitku menghindari sentuhannya. Jelas aku ingat namanya baik-baik, Sekar, nama yang manis dengan balutan fisik yang mencerminkan namanya yang sangat perempuan sekali dengan pribadi yang cukup hangat. Sepertinya aku bisa memerankan lakonku yang lain dengannya, aku bisa berteman dengannya saat ini, perlu diketahui aku benci berteman tapi aku butuh pemeran lain dalam duniaku ini untuk memantapkan langkahku menghadapi kedepannya akan seperti apa nanti. Cukup sulit, mendadak emosi mulai timbul menggelayuti tiap lapisan tubuh dan hatiku.Aku harus cepat-cepat pulang, rasanya seperti akan meledak!
“sori, aku cuman khawatir dengan keadaanmu, aku Sekar masa kamu udah lupa sih?”, sahutnya dengan mengurungkan niatnya semula.
“ ah iya, kamu sekar, iya deh akan aku ingat-ingat namamu. Udah engga apa-apa kok pipiku, sedikit panas sih tapi biarin deh, udah biasa”, kataku sembari menaiki motorku.
“Keterlaluan banget sih panitianya, mentang-mentang, masa ngga malu sih mukul cewe gitu, dasar cowo!brengseknya ngga pake otak,ngga dikira-kira sapa lawannya, huh!”, kata sekar dengan berapi-api. Sungguh feminine sekali jiwa perempuan ini, sungguh indah namun memuakkan, tiba-tiba aku ingat ibuku, wanita yang sangat lembut dengan segala ketundukannya pada Ayahku yang semakin sering kulihat sifatnya ada di tiap lelaki yang ada dibumi ini.
“ Eh sori, besok kita lanjut lagi deh ngobrolnya, aku buru-buru nih, ada keperluan, sampai jumpa besok ya”, sambil tersenyum kuakhiri percakapanku pada Sekar dengan menyalakan motor dan menjalankannya cepat-cepat.
“baiklah, sampai jumpa lagi Er, ntar sampe rumah di kompres aja mukanya timbang ntar bengkak loh, dagh!”, sahut Sekar tanpa bisa menyembunyikan wajah kecewanya. Dan sepertinya dia juga sudah bergegas menuju motornya. Kasihan, usahanya cukup keras juga tapi persetan!ngga ada yang menyuruhnya berkepribadian hangat yang terkadang malah bikin kecewa si empunya sendiri.

Rumahku sudah terlihat, cepat-cepat ku parkir motorku dan bergegas ke kamarku. Aku rindu kesunyian ini, walau aku malas harus bertatap muka dengan Ibu dan Ayahku.
“Nak, sudah pulang kamu?tadi budhe kesini nanyain kamu, besok kakak sepupumu wisuda, kita datang ya pas acara syukuran nanti”,lugas Ibuku kepadaku.Aku masuk begitu saja ke kamarku, tak perlu kujawab kata-kata beliau, karena aku tahu perkataanya adalah perintah bukan pertanyaan.

Kubanting tasku kulepas semua atribut dibadanku, aku butuh air dingin untuk mengguyur kepalaku yang panas oleh emosi yang serta merta bangkit lagi tanpa kuundang. Bergegas ke kamar mandi adalah pertolongan dini untuk kegalauanku ini. Ku guyur kepalaku hingga ujung kakiku dengan air dingin berulang-ulang. Sialan, aku sudah bertekad untuk ngga akan kalah dengan kelemahanku ini, kelemahan perasaanku yang mungkin sudah takdir untuk semua perempuan memilikinya namun kutolak mentah-mentah sampai kapanpun. Pipiku masih terasa panas, namun lebih-lebih hatiku, panas seperti neraka yang menganga menjulurkan lidah-lidah dan bara api yang begitu merah menyilaukan, menyesakkan. Tanpa sadar air mataku mengalir, walau telah kugigit kuat-kuat bibirku untuk menahan kemarahan berbalut kesedihannku tapi rupanya raga dan seluruh syarafku tidak mau berkompromi padaku. Dengan tubuh kedinginan aku terduduk tertegun menangis dalam diam bahkan tak bisa kubedakan mana yang air mata mana yang air biasa, mereka sama-sama mengalir deras didiriku. Jiwaku terasa bergejolak sedemikian rupa hingga membuatku sesak napas. Aku menangis dalam kesunyian, air mata mungkin tak bisa kutahan tapi jelas isakanku tak boleh terdengar oleh siapapun!Aku bukan menangis karena sakit bekas tamparan tadi, aku juga bukannya menangis karena cengeng, aku menangis karena hatiku sudah tak mampu menampung luapan emosi atas kerapuhannya.

Aku bukanlah Aku seperti yang mereka tau
Ragaku hanyalah raga biasa seperti mereka
Tapi tidak Jiwa dan Pikiranku
Aku hidup atas nama Kebencian
Aku bernafaskan Dendam
Seluruh Syarafku terdiri dari sel-sel Kepedihan
Kelak Kebahagiaanku hanya ada di garis Finish
Dimana Kematian tempat terakhir Aku bermuara
Saat itulah aku akan berselimut Kedamaian



Entah berapa lama aku terduduk diam, karena yang ada di pikiranku hanya muncul kalimat itu yang terus menerus kuucap dalam merenungku seperti tarian pelan malaikat maut dalam melaksanakan tugasnya mencabut nyawa anak manusia secara perlahan-lahan dan memastikan anak tersebut merasakan hidup didetik-detik terakhir melalui kesakitan-kesakitan yang pekat untuk kemudian mencapai ajalnya dengan kepedihan sangat. Ironis.

1 komentar:

  1. kisah ini makin mbuat er kelam, er yg sndiri, er yg introvert, er yg mnyiksa diri sendiri, er yg kuat tp juga rapuh, er yg merasa para perempuan itu lemah (kecuali dia kali...).

    oh sekar bgmna reaksi mu? apkh kau diam saja? apkh memang kau anak manis, cakep, yg girly bgt, apkh penolakan er...mbuatmu skit hati ato kah..cuek saja? tunggu.....di episode selanjutnya...grrrrrreerrrr

    BalasHapus